Tradisi Tahunan Leang-leong dan Meron di Sukolilo

Tradisi tahunan leang-leong dan meron di Sukolilo

Tradisi Meron di Sukolilo Pati
   Assalamualaikum.Wr.Wb. Selamat berpuasa kawan-kawanku yang melaksanakan. Oke pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Tradisi tahunan yang dilaksanakan di Daerah Sukolilo Kab.Pati, Jawa Tengah. Yaitu Tradisi Leang-leong dan Meron. Tradisi Leang-leong dan meron biasa dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. masyarakat Sukolilo memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan cara mengadakan acara tahunan yaitu Tradisi Leang-leong dan Meron supaya meriah. Pertama, saya akan membahas tentang Leang-leong terlebih dahulu. Leang-leong adalah tradisi yang berasal dari negara China. yaitu sebuah Naga yang dimainkan oleh beberapa orang yang dibuat dari bambu,rotan,kawat atau alumunium. yang bagian bawahnya diberi penyangga untuk nantinya penyangga itu berfungsi sebagai pegangan para pemain leang-leong. Tradisi leang-leong di Sukolilo sendiri biasa dilaksanakan pada saat malam hari pra-meron/sebelum Tradisi meron dilaksanakan. Yang dimana biasanya diiringi dengan arak-arak'an atau pawai disertai dengan atraksi-atraksi api obor ,dsb. Yang dilakukan oleh masyarakat Sukolilo setempat. 

        Sedangkan Tradisi Meron sendiri adalah tradisi yang dilaksanakan pasca-leang-leong/setelah tradisi leang-leong. yang tepatnya pada saat pagi sampai siang hari. Meron adalah Tradisi yang mirip sekaten di Yogyakarta/Solo. yaitu makanan yang berupa Nasi/buah/jajanan lainnya yang disusun menyerupai tumpeng yang nantinya akan diangkat dan dibawa menuju Jalan Raya Sukolilo dan akan dibagikan kepada masyarakat-masyarakat yang menyaksikan Meron tersebut, baik masyarakat Sukolilo sendiri maupun luar Sukolilo bahkan luar kabupaten Pati berbondong-bondong untuk menyaksikan Tradisi Meron tersebut. Tradisi Meron biasa diiringi dengan arak-arak'an seperti Drum Band,Leang-leong, Ondel-ondel,Barong, Peragaan busana,Dll. Beberapa peserta memakai seragam khas petani yang menggunakan caping yang melambangkan simbol pertanian yang subur. Beberapa di antaranya dijumpai perempuan-perempuan memakai pakaian khas ala keraton, naga, dan drum band anak-anak serta remaja. Tampak hasil tani penduduk setempat dirangkai dalam gunungan seperti terong, petai, kacang, cabe, padi, hingga buah-buahan. Mirip seperti karnaval yang mengkolaborasikan antara seni, tradisi, dan budaya.

Ada beberapa arti dan makna dari tradisi meron di Sukolilo. Pertama, bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang selama ini telah melimpahkan segala rahmat dan anugerah selama setahun dengan hasil pertanian yang melimpah. Rasa syukur ini dalam bahasa Jawa dikenal "selametan".

Kedua, menyambut hari kelahiran Rasulullah Muhammad Saw. Sebagai pembawa risalah umat Islam, kelahiran Nabi selalu diperingati oleh umatnya dari berbagai penjuru dunia, termasuk warga Sukolilo yang berada di wilayah lereng pegunungan Kendeng ini.

Ketiga, melestarikan tradisi dari kisah yang pernah berlangsung saat Pati dan Mataram berseteru. Ketiga arti dan makna tradisi Meron itulah kemudian para warga Sukolilo hingga kini terus melestarikan dan mempertahankan sebagai adat istiadat dari generasi ke generasi.

Sejarah asal mula
Sejarah, legenda, dan asal mula tradisi Meron dilatari pada masa pemerintahan Sultan Agung sebagai penguasa Mataram yang saat itu menyerang Pati saat dipimpin Adipati Pragola.

Sebagai demang di Sukolilo, Ki Suta Kerta yang memiliki kakek dan leluhur di Mataram ia ditugaskan untuk mengabdi di Pati. Sementara itu, saudaranya yang bernama Sura Kadam memilih untuk mengabdi di Mataram. Saat perang pecah berlangsung dan Pati berhasil ditaklukkan Mataram, Sura Kadam menengok saudaranya di Sukolilo.

Mengetahui prajurit Mataram menuju Sukolilo, Sura Kerta ketakukan khawatir ditangkap. Seketika, saudaranya tadi menjelaskan bahwa kedatangannya hanya untuk menjenguk, silahturahmi, dan ingin beristirahat. Dari sini, Sura Kadam terlibat dalam perbincangan dan mengusulkan agar warga Sukolilo mengadakan upacara sekaten untuk memperingati dan menghormati hari lahirnya Nabi Muhammad Saw sekaligus menghibur rakyat.

Sontak, penduduk menyambutnya dengan riang dan gembira. Dari sini, tradisi sekaten yang selalu ditandai dengan adanya gunungan yang diarak disebut dengan meron yang artinya rame dan iron atau tiron. Sementara iron berarti tiruan. brikut adalah foto-foto pada saat Pelaksanaan Meron dan Leang-leong. 

























































































Oke cukup sekian dari saya semoga bermanfaat. Terima kasih Sampai jumpa lagi. Wassalamualaikum.Wr.Wb

Komentar

Postingan Populer